Peringatan Cuaca Ekstrem Potensi Banjir Rob Pesisir Bali

Peringatan Cuaca Ekstrem Potensi Banjir Rob Pesisir Bali

Denpasar, 7 Agustus 2025 — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini terkait potensi terjadinya banjir rob atau banjir pesisir yang dapat melanda sejumlah wilayah di Bali dalam beberapa hari ke depan. Peringatan ini berlaku untuk periode 9 hingga 16 Agustus 2025, bertepatan dengan fenomena bulan baru yang memicu pasang laut tinggi.

Fenomena ini dinilai cukup berisiko bagi aktivitas masyarakat di kawasan pesisir, khususnya pelabuhan, tempat pelelangan ikan (TPI), serta area wisata pantai seperti Sanur, Serangan, Benoa, dan Kuta. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan genangan air laut, kerusakan fasilitas pesisir, hingga terganggunya akses transportasi laut.

Gelombang Tinggi dan Pasang Laut Jadi Kombinasi Berbahaya
Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, Eka Saputra, menyatakan bahwa fenomena ini merupakan hasil gabungan dari pasang maksimum akibat fase bulan baru dan peningkatan tinggi gelombang di Samudra Hindia bagian selatan Bali.

“Pasang laut tertinggi diperkirakan terjadi pada pagi hingga siang hari di sepanjang pesisir selatan Bali, dan dapat memicu genangan di area rendah. Kami imbau nelayan, operator pelabuhan, dan warga sekitar untuk siaga,” ujarnya.

Selain Bali, peringatan ini juga mencakup wilayah pesisir selatan Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana kondisi geografis pantai yang landai memperbesar dampak dari rob.

Aktivitas Nelayan dan Wisata Bahari Berpotensi Terganggu
Pemerintah daerah telah meneruskan peringatan ini kepada jajaran Satpol PP, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah masing-masing. Salah satu langkah konkret adalah membatasi aktivitas kapal kecil dan perahu nelayan pada jam-jam rawan pasang tinggi, serta menyiapkan jalur evakuasi cepat di beberapa desa pesisir.

Sementara itu, sektor pariwisata juga bersiap. Sejumlah pengelola hotel dan vila di kawasan tepi pantai mulai memperkuat tanggul darurat dan mengatur ulang jadwal kegiatan wisata laut, seperti snorkeling dan cruise sunset, demi keselamatan tamu.

Simulasi dan Edukasi Masyarakat Jadi Prioritas
Sebagai bagian dari mitigasi, simulasi evakuasi bencana rob dan tsunami juga dijadwalkan di beberapa desa wisata dan pemukiman padat penduduk, khususnya yang berada di bawah 5 meter dari permukaan laut. Edukasi terkait tanda-tanda alam, prosedur evakuasi, dan pentingnya tidak membangun terlalu dekat dengan garis pantai kembali ditekankan oleh para relawan dan lembaga pendidikan lingkungan.

“Kami tidak ingin masyarakat panik. Justru dengan pengetahuan yang cukup, mereka bisa lebih siap menghadapi ancaman ini,” kata Komang Adi, koordinator komunitas siaga bencana di Pantai Sanur.

Masyarakat Diimbau Tetap Tenang dan Siaga
BMKG juga mengajak masyarakat untuk tidak mudah percaya pada informasi yang tidak bersumber dari lembaga resmi. Semua pembaruan cuaca dan gelombang dapat diakses melalui aplikasi Info BMKG atau kanal media sosial BMKG Wilayah III.

“Banjir rob adalah kejadian periodik, bukan bencana besar. Namun bisa berbahaya bila kita lengah. Tetap tenang, siaga, dan terus ikuti informasi resmi,” pungkas Eka Saputra.

Kesiapsiagaan Jadi Kunci
Potensi banjir rob di wilayah pesisir Bali dan sekitarnya adalah pengingat bahwa perubahan cuaca ekstrem membutuhkan kesiapsiagaan dari semua pihak — pemerintah, masyarakat, hingga pelaku usaha. Dengan koordinasi yang baik, edukasi yang merata, dan sistem peringatan dini yang akurat, ancaman ini dapat dihadapi tanpa menimbulkan kerugian besar.

Baca: pengamanan pulau reklamasi gili gede dan koperasi desa lotim