Denpasar, Agustus 2025 – “Pekan Iklim Bali 2025” atau Bali Climate Week resmi digelar mulai 25–30 Agustus 2025 di Denpasar. Uniknya, acara perdana ini dirancang sebagai titik temu antara ambisi ambil tindakan iklim dan realitas lokal, dengan energi bersih jadi fokus utama dari seluruh rangkaian kegiatan.
Event ini diinisiasi oleh Koalisi Bali Emisi Nol Bersih bekerja bersama Pemerintah Provinsi Bali. Melalui tema “Titik Temu Ambisi dan Aksi Iklim”, Bali mengambil langkah ambisius menargetkan pencapaian emisi nol bersih pada 2045, lebih awal 15 tahun dari target nasional.
Rangkaian kegiatan mencakup empat momen penting: Forum Nasional (25 Agustus) yang mengumpulkan pemimpin daerah dan nasional berdiskusi soal kebijakan aksi iklim; Jelajah Inovasi (26–27 Agustus) mengajak peserta melihat solusi iklim berbasis komunitas; Forum Investasi Iklim (28 Agustus) membuka peluang pendanaan berkelanjutan; serta Pasar Rakyat (30 Agustus) yang menampilkan UMKM lokal dan solusi iklim.
Menurut Tengku Alia Sandra—Lead Program Planning & Control Transisi Ekonomi Kerthi Bali—Pekan Iklim sejalan dengan program prioritas: mandiri energi, transportasi berkelanjutan, kedaulatan pangan, dan pengelolaan air bersih. Bali telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Santun Energi Mandiri dan Rencana Aksi Daerah KBLBB untuk mendukungnya.
Sebagai aksi konkret, Sanur akan dijadikan kawasan rendah emisi pertama di Bali, dengan program percontohan PLTS atap di desa adat, pasar, dan TPS3R. Juga direncanakan transportasi rendah emisi seperti shuttle listrik dan pedestrianisasi. Program ini diharapkan menjadi model bagi daerah lain di Bali seperti Ubud dan Nusa Penida.
Strategi transisi energi bersih juga didukung oleh IESR dengan peluncuran Peta Jalan Bali NZE 2045 Sektor Ketenagalistrikan. Peta ini merancang transformasi penuh ke energi terbarukan di seluruh pulau Bali, serta memperkuat keamanan pasokan listrik dan kemandirian energi lokal.
Selain soal energi, Pekan Iklim ini memperlihatkan pentingnya kepemimpinan daerah dalam mitigasi perubahan iklim. Nirarta Samadhi dari WRI Indonesia menyebut Bali sebagai inspirasi aksi iklim nasional karena kearifan lokal dan kondisi rentan sebagai daerah kepulauan.
Sementara itu, Sofwan Hakim—Kepala Sekretariat Koalisi Bali Emisi Nol Bersih—menekankan kebutuhan pembangunan infrastruktur hijau dan pendanaan lokal mandiri untuk mendukung inovasi iklim berbasis komunitas. Akses ke teknologi bersih juga dirasa penting agar Bali menjadi pionir pembangunan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, Pekan Iklim Bali 2025 bukan sekadar konferensi. Ia merupakan momentum bersejarah bagi Bali mewujudkan energi bersih, mempercepat transisi iklim melalui regulasi, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor. Dengan semangat ini, Bali tampil sebagai model ambisi iklim lokal yang konkret dan inspiratif.