Denpasar, Bali – Sebuah pameran seni yang didedikasikan untuk menghormati maestro tari Bali legendaris, I Wayan Dibia, digelar di Museum Seni Agung Rai, Ubud. Acara ini berhasil menarik perhatian wisatawan, seniman, serta pencinta budaya dari berbagai daerah yang ingin mengenang kontribusi sang maestro terhadap dunia seni pertunjukan Bali.
Pameran ini menampilkan puluhan karya seni rupa, foto, dan arsip dokumentasi yang merekam perjalanan panjang karier I Wayan Dibia. Mulai dari masa mudanya sebagai penari, hingga kiprahnya sebagai guru dan koreografer internasional, semua tersaji dengan detail yang mengharukan.
Menurut kurator pameran, Ni Luh Puspita, acara ini dirancang bukan hanya sebagai penghormatan, tetapi juga sebagai media edukasi bagi generasi muda. “Kami ingin anak-anak Bali tahu siapa tokoh yang telah membawa tarian Bali dikenal hingga mancanegara,” ujarnya.
Salah satu sudut pameran yang paling ramai dikunjungi adalah area rekaman video, di mana pengunjung dapat menonton dokumentasi pertunjukan tari Bali yang dibawakan maestro. Banyak yang terlihat takjub dengan ketepatan gerak, ekspresi, dan makna di balik setiap tarian.
Selain karya visual, pameran ini juga menghadirkan workshop singkat mengenai tari Bali. Workshop ini dibimbing langsung oleh murid-murid I Wayan Dibia yang kini menjadi pengajar seni tari di berbagai sanggar. Peserta, baik wisatawan lokal maupun asing, tampak antusias mencoba gerakan dasar tari.
Seorang turis asal Prancis, Marie Dubois, mengaku terinspirasi setelah mengikuti workshop. “Tarian Bali bukan hanya indah secara visual, tapi juga kaya akan filosofi. Saya merasakan energi spiritual yang sangat kuat,” tuturnya.
Pameran ini juga menjadi ajang temu kangen bagi para seniman lintas generasi. Banyak tokoh seni tari Bali yang hadir, saling berbagi kenangan tentang pengalaman bekerja bersama sang maestro, serta berdiskusi tentang perkembangan seni pertunjukan saat ini.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kebudayaan Bali, Anak Agung Gede Putra, menekankan pentingnya melestarikan warisan budaya. Ia menyebut, maestro seperti I Wayan Dibia adalah bukti nyata bahwa seni tradisi bisa berkembang dan beradaptasi tanpa kehilangan identitas.
Pengunjung juga dapat menikmati instalasi seni interaktif yang menggabungkan teknologi dengan tradisi. Misalnya, layar sentuh yang memungkinkan pengunjung mempelajari nama, makna, dan fungsi setiap gerakan tari Bali, lengkap dengan animasi 3D.
Menurut data panitia, pameran ini telah dikunjungi lebih dari 3.000 orang dalam tiga hari pertama. Sebagian besar datang bersama keluarga atau rombongan sekolah, menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap seni dan budaya lokal.
Area luar pameran dihiasi patung-patung penari Bali berukuran besar yang menjadi spot favorit untuk berfoto. Dekorasi yang memadukan ornamen tradisional dan modern menciptakan suasana yang hangat namun tetap elegan.
Tak ketinggalan, panitia menyediakan stan kuliner tradisional seperti laklak, jaje uli, dan tipat cantok bagi pengunjung yang ingin beristirahat sambil mencicipi hidangan khas Bali. Hal ini menambah pengalaman budaya yang lengkap bagi setiap tamu.
Pameran ini akan berlangsung selama dua minggu, dengan rangkaian acara tambahan seperti diskusi seni, pemutaran film dokumenter, dan pertunjukan tari khusus setiap akhir pekan. Semua kegiatan terbuka untuk umum dengan tiket masuk yang terjangkau.
Di penghujung acara pembukaan, seluruh hadirin memberikan tepuk tangan meriah saat keluarga besar I Wayan Dibia naik ke panggung untuk menerima penghargaan dari pemerintah daerah. Momen ini menjadi puncak emosional dari rangkaian kegiatan hari itu.
Pameran seni ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi seniman muda Bali untuk terus berkarya. Selain itu, kehadirannya juga menjadi pengingat bahwa seni adalah jembatan antara generasi, yang mampu menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan budaya Bali.