Gempa Magnitudo 4,3 Guncang Kuta Selatan

Gempa Magnitudo 4,3 Guncang Kuta Selatan

Bali, Agustus 2025 – Wilayah Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, diguncang gempa bumi dengan magnitudo 4,3 pada Jumat dini hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan pusat gempa berada di laut selatan Bali, dengan kedalaman 10 kilometer. Meski getarannya cukup dirasakan warga, BMKG memastikan gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

BMKG melalui laman resminya menjelaskan bahwa episentrum gempa terletak pada koordinat 9,36 Lintang Selatan dan 115,22 Bujur Timur. Lokasi ini berada sekitar 27 kilometer arah barat daya Kuta Selatan. Guncangan dirasakan di sejumlah daerah, terutama di wilayah pesisir Badung, Denpasar, hingga Gianyar. Beberapa warga mengaku merasakan getaran ringan yang berlangsung hanya beberapa detik.

Laporan BMKG juga menyebutkan bahwa gempa tergolong dangkal karena kedalamannya hanya 10 kilometer. Hal ini membuat getaran terasa cukup jelas di permukaan meskipun magnitudonya tergolong menengah. Guncangan dirasakan dalam skala II–III MMI di Kuta, Denpasar, dan sekitarnya. Di skala tersebut, benda ringan dalam rumah bisa bergoyang, dan sebagian orang yang sedang beristirahat bisa terbangun.

Warga di kawasan Kuta Selatan mengaku sempat panik, terutama mereka yang tinggal di apartemen dan hotel bertingkat. Beberapa turis mancanegara yang sedang menginap di kawasan Nusa Dua bahkan turun ke lobi hotel untuk memastikan kondisi aman. “Saya terbangun karena tempat tidur bergoyang. Awalnya saya kira hanya halusinasi, ternyata gempa,” ujar seorang turis asal Australia.

Meski begitu, hingga berita ini diturunkan, tidak ada laporan mengenai kerusakan bangunan maupun korban jiwa akibat gempa tersebut. Pemerintah Kabupaten Badung melalui BPBD segera melakukan pengecekan di lapangan. Sejumlah titik di Kuta, Jimbaran, hingga Pecatu dipastikan dalam kondisi aman. Aktivitas masyarakat pun kembali normal beberapa jam setelah kejadian.

Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, menyampaikan bahwa gempa ini merupakan akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Bali. “Bali memang berada di zona seismik aktif, sehingga wajar jika gempa dengan magnitudo kecil hingga menengah sering terjadi. Namun masyarakat tidak perlu panik, karena energinya relatif kecil,” jelasnya.

Meski tidak berdampak serius, BMKG tetap mengimbau masyarakat Bali untuk tetap waspada. Cahyo menekankan pentingnya pemahaman mitigasi bencana. “Ketika merasakan gempa, warga diharapkan menjauhi bangunan yang rapuh, berlindung di tempat aman, dan segera menuju ruang terbuka. Simpan nomor darurat agar mudah dihubungi,” tambahnya.

Bali, sebagai destinasi wisata internasional, memang memiliki perhatian khusus terhadap bencana alam. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menyiapkan standar operasional darurat di kawasan pariwisata. Hotel-hotel besar di Nusa Dua, Jimbaran, dan Kuta memiliki jalur evakuasi yang harus diperkenalkan kepada wisatawan saat check-in.

Sejumlah warga lokal di sekitar Kuta Selatan mengatakan gempa ini membuat mereka teringat kembali pada gempa besar Lombok tahun 2018 yang juga terasa hingga Bali. Namun, mereka bersyukur kali ini guncangannya jauh lebih kecil. “Kami jadi lebih siaga. Sekarang, setiap ada gempa kecil saja, langsung ingat untuk evakuasi,” ujar I Wayan Adi, warga Jimbaran.

Aktivis kebencanaan di Bali juga menilai peristiwa gempa ini menjadi pengingat pentingnya edukasi rutin bagi masyarakat dan wisatawan. Pasalnya, banyak turis asing yang tidak terbiasa menghadapi gempa. Sosialisasi yang dilakukan pemerintah dan hotel dinilai sangat penting agar kepanikan bisa diminimalkan ketika gempa terjadi.

Dalam catatan BMKG, gempa di wilayah Bali selatan dengan magnitudo 4–5 bukanlah hal yang jarang. Rata-rata terjadi beberapa kali dalam setahun. Sebagian besar tidak menimbulkan kerusakan karena pusat gempa berada di laut dengan kedalaman dangkal hingga menengah. Namun, monitoring terus dilakukan untuk memastikan keamanan masyarakat.

Hingga Jumat siang, BMKG memastikan tidak ada aktivitas gempa susulan yang signifikan. Aktivitas penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai juga tetap normal tanpa gangguan. Pihak Angkasa Pura I menegaskan seluruh fasilitas bandara dalam kondisi aman dan tidak mengalami kerusakan.

Gempa dengan magnitudo kecil seperti ini biasanya hanya meninggalkan efek psikologis bagi warga. Banyak masyarakat Bali kemudian saling berbagi informasi melalui media sosial, baik untuk memastikan keselamatan keluarga maupun sekadar membagikan pengalaman merasakan getaran. Tagar #GempaBali sempat ramai di Twitter X pagi tadi.

Peristiwa gempa ini kembali menegaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat Bali dalam menghadapi bencana. Pemerintah daerah dan BPBD diharapkan terus memperkuat edukasi, mengingat Bali tidak hanya dihuni warga lokal, tetapi juga jutaan wisatawan mancanegara setiap tahunnya. Mitigasi menjadi kunci untuk mengurangi risiko ketika bencana benar-benar datang.

Dengan kondisi yang kembali normal, aktivitas wisata di Bali tidak mengalami hambatan berarti. Pantai-pantai di Kuta, Nusa Dua, hingga Uluwatu kembali ramai dikunjungi wisatawan. Meski sempat terkejut oleh gempa, banyak turis memilih melanjutkan liburannya dengan tetap berhati-hati. Situasi ini menunjukkan bahwa Bali tetap aman dan siap menyambut wisatawan.

Baca: Pemerintah Kota Denpasar Bergerak untuk Kota Sehat & Hemat Energi