Darurat Kriminalitas dan Narkotika di Bali

Darurat Kriminalitas dan Narkotika di Bali

Denpasar, Agustus 2025 — Bali, pulau dewata yang selama ini dikenal dengan ketenangan spiritual, budaya luhur, dan destinasi pariwisata kelas dunia, kembali menghadapi tantangan serius yang terus membayangi: meningkatnya angka kriminalitas lokal dan peredaran narkotika. Di balik deretan hotel mewah dan pantai eksotis, tersimpan persoalan pelik yang mengancam keamanan warga lokal maupun wisatawan.

Lonjakan Kasus Kriminalitas di Area Wisata
Selama semester pertama 2025, Polda Bali mencatat lebih dari 600 kasus kriminal, termasuk pencurian, penipuan rental kendaraan, dan penjambretan yang sebagian besar terjadi di wilayah wisata padat seperti Kuta, Seminyak, Canggu, dan Ubud.

Kasus-kasus tersebut tidak hanya melibatkan pelaku lokal, namun juga seringkali didalangi oleh jaringan terorganisir. Beberapa oknum diketahui memanfaatkan keramaian wisata untuk melakukan aksi kejahatan terhadap turis yang lengah.

“Kami melihat pola yang berulang, terutama penipuan oleh oknum rental motor ilegal dan pencurian barang di vila-vila yang tidak dijaga ketat,” ujar Kombes Pol Dewa Putu Gede, Kabid Humas Polda Bali.

Narkotika Masih Jadi Ancaman Serius
Yang lebih mengkhawatirkan, adalah meningkatnya kasus peredaran narkotika, baik yang dikonsumsi oleh wisatawan maupun yang diperjualbelikan oleh jaringan lokal dan asing. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali, hingga Juni 2025 telah terjadi lebih dari 120 penangkapan kasus narkoba, mulai dari pengguna hingga bandar lintas negara.

Salah satu kasus besar terjadi pada Mei 2025 lalu, ketika seorang warga negara asing asal Brasil ditangkap di Bandara Ngurah Rai dengan membawa kokain seberat 3 kg yang disembunyikan di dalam koper berlapis ganda.

“Bali sudah menjadi pasar, sekaligus transit narkotika internasional. Kami terus berkoordinasi dengan Imigrasi dan Bea Cukai,” ungkap Brigjen Pol Ida Bagus Wibawa, Kepala BNNP Bali.

Korban Tak Pandang Bulu: WNA dan Warga Lokal Terlibat
Fakta menyedihkan lainnya adalah keterlibatan lintas kelompok dalam penyalahgunaan dan peredaran narkoba:

  • Beberapa pengguna adalah turis yang mengonsumsi zat ilegal di pesta privat.
  • Ada juga warga lokal, termasuk kalangan muda, yang tertarik jadi kurir karena iming-iming uang besar.
  • Klub malam di kawasan Legian dan Sanur menjadi titik pengawasan intensif oleh aparat.

Upaya Penanggulangan: Operasi Gabungan dan Rehabilitasi
Menanggapi situasi ini, pihak Kepolisian Daerah Bali bersama BNN dan Satpol PP melakukan serangkaian operasi gabungan malam hari di titik rawan, seperti:

  • Patroli rutin di kafe dan bar.
  • Tes urine acak di lokasi hiburan malam.
  • Razia kendaraan dan tempat inap yang dicurigai jadi tempat transaksi narkoba.

Selain penindakan, BNNP Bali juga aktif menyelenggarakan program rehabilitasi dan penyuluhan ke sekolah-sekolah serta komunitas lokal.

“Kami ingin memutus mata rantai sejak dini, terutama pada generasi muda,” kata dr. Ni Komang Sari, psikolog rehabilitasi dari BNNP.

Komunitas Lokal Bergerak: Posko Waspada dan Edukasi
Masyarakat Bali pun mulai membangun kesadaran kolektif terhadap ancaman narkoba. Beberapa desa adat di Gianyar, Bangli, dan Buleleng sudah membentuk Satgas Anti-Narkoba Berbasis Desa yang bertugas memberikan edukasi serta melaporkan aktivitas mencurigakan.

“Kami tak ingin Bali hanya dikenal karena skandal wisata. Kita punya tanggung jawab budaya untuk menjaga kesucian pulau ini,” ujar Made Aryawan, tokoh adat di Tabanan.

Tantangan Era Digital: Penjualan Lewat Aplikasi & Kurir Online
Salah satu pola baru yang menyulitkan pengawasan adalah penggunaan aplikasi pesan instan dan layanan kurir online untuk pengantaran narkotika. Modus ini dinilai sangat efisien oleh jaringan gelap dan sulit dideteksi.

Pihak kepolisian kini tengah menggandeng ahli teknologi informasi untuk melacak jaringan digital dan mengembangkan sistem pemantauan berbasis big data.

Harapan: Bali Kembali Aman dan Bermartabat
Meski tantangan berat, semua pihak sepakat bahwa Bali tidak boleh kehilangan jati dirinya. Pulau ini bukan sekadar objek wisata, melainkan rumah spiritual dan budaya bagi jutaan warga yang hidup dari pariwisata dan adat istiadat luhur.

Langkah tegas, kolaborasi masyarakat, serta pendekatan berbasis budaya diharapkan mampu membawa Bali keluar dari bayang-bayang kriminalitas dan penyalahgunaan narkotika.

Baca: Ketegasan Pemerintah dalam Menjaga Martabat Budaya Lokal Adat Bali