Denpasar, 13 Agustus 2025 – Sejumlah pelajar dari SD hingga SMA/SMK di Desa Sumerta Kelod, Kota Denpasar, Bali, melakukan aksi bersih lingkungan dengan memungut sampah plastik untuk memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia. Kegiatan ini diprakarsai oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan 12 satuan pendidikan negeri dan swasta.
Para pelajar bersama aparat desa mengumpulkan berbagai jenis sampah plastik, termasuk kantong dan botol. Total sampah yang terkumpul mencapai 20 kilogram, yang kemudian ditimbang dan dikirim ke bank sampah Tresna Sari sebagai bentuk pengelolaan limbah secara bertanggung jawab.
Perbekel Desa Sumerta Kelod, I Gusti Ketut Anom Suardana, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan mendidik generasi muda sejak dini mengenai pentingnya sadar lingkungan. Ia berharap aksi ini menumbuhkan rasa tanggung jawab ekologis sembari membumikan semangat kemerdekaan.
Koran Jakarta
Tidak hanya sampah plastik yang teratasi: sampah organik juga dikelola melalui inovasi teba meguna, yakni lubang komposter yang menghasilkan pupuk kompos alami sekaligus berfungsi sebagai daerah resapan air hujan di kantor desa.
Sejak 2021, Desa Sumerta Kelod telah membentuk kader lingkungan dari kalangan siswa SD hingga SMA/SMK. Mereka diberi peran untuk menyebarkan edukasi pengelolaan sampah kepada adik kelas mereka di sekolah masing-masing, memperluas dampak kesadaran lingkungan.
Aksi pelajar ini juga merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Kota Denpasar untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dari sampah plastik, mengingat kondisi TPA Suwung yang sudah penuh dan sumber pencemaran utama limbah plastik.
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bali, rata-rata timbulan sampah di Bali mencapai 3.436 ton per hari, dimana sampah plastik menyumbang porsi besar dan sebagian besar belum didaur ulang. Kegiatan seperti ini menjadi bagian dari solusi jangka panjang.
Melalui kolaborasi antara pelajar, desa adat, dan pemerintah, diharapkan praktik pengelolaan sampah secara hulu—seperti memilah dan menyimpan limbah plastik di bank sampah—bisa menjadi model bagi desa-desa lain di Denpasar maupun Bali.