Singaraja, Bali – Sebanyak seribu talenta sastra dari kalangan pelajar dan mahasiswa mengikuti program MTN Ikon Inspirasi yang menjadi rangkaian festival sastra nasional di Singaraja Literary Festival (SLF) 2025. Program ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan RI dan Yayasan Mahima Indonesia sebagai bagian dari gerakan penguatan sastra nasional.
Acara MTN Ikon Inspirasi menghadirkan penulis populer Boy Candra dan JS Khairen sebagai narasumber utama. Keduanya berbagi kisah proses kreatif dan perjalanan hidup, menginspirasi para peserta untuk menjadikan sastra sebagai panggilan hati, bukan sekadar aktivitas.
Program ini menjadi bagian dari Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya bidang sastra, dengan dua kegiatan utama: MTN Ikon Inspirasi untuk inspirasi dan MTN Asah Bakat untuk pendalaman kemampuan. Dua program ini dirancang untuk menjaring dan mengembangkan talenta sastra dari berbagai usia dan latar belakang.
Selain itu, SLF 2025 sendiri menjadi basis ekosistem sastra nasional, dengan pendekatan kolaboratif antara naskah kuno seperti “Buda Kecapi” dan medium kontemporer seperti teater, musik, dan film dokumenter. Festival ini dianggap sebagai pusat produksi pengetahuan berbasis lokalitas dan riset.
Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra, menyatakan bahwa festival sastra adalah “motor penggerak pemajuan kebudayaan” dan menjadi fokus utama Kementerian Kebudayaan dalam memperkuat ekosistem sastra.
Dirinya menekankan bahwa medium sastra mampu menjembatani pengetahuan masa lalu dengan praktik kontemporer, sehingga dengan festival seperti SLF, nilai dan inovasi budaya dihargai dan dihidupkan kembali secara publik.
MTN Asah Bakat, bagian dari SLF, menghadirkan Dee Lestari sebagai mentor yang membimbing 70 penulis muda melalui proses kreatif intensif. Ini merupakan upaya nyata membangun regenerasi sastra yang inklusif dan berbasis kolaborasi lintas generasi.
Salah satu peserta, Putu Putik Padi, menyatakan bahwa metode Dee Lestari sangat menyentuh dan efektif. Ia merasa proses pembelajaran terasa menyenangkan dan membumi, memberikan inspirasi untuk terus berkembang sebagai penulis muda.
Direktur SLF, Kadek Sonia Piscayanti, menjelaskan bahwa melalui MTN dan SLF, Bali—khususnya Singaraja—diharapkan menjadi pusat pengembangan sastra nasional. Festival ini membuka ruang dialog antara talenta muda dan tokoh sastra.
Wakil rektor Undiksha, Prof. Gede Rasben Dantes, menyambut antusias program ini. Ia menekankan bahwa kampus harus menjadi rumah bagi masyarakat dan festival ini menjadi pengingat akan kekayaan budaya lokal yang harus terus dikembangkan.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, I Nyoman Wisantika, juga menyoroti pentingnya menjembatani interaksi antara penulis dan pembaca. Ia mengajak penguatan komunitas sastra dan kurikulum literasi untuk menjaga eksistensi sastra dalam era digital.
Ini bukan sekadar festival—melainkan gerakan transformasi budaya melalui sastra yang mencetak talenta muda berwawasan, kolaboratif, dan terhubung ke pasar nasional dan global. Seribu talenta sastra di SLF 2025 adalah bukti harapan dan regenerasi yang nyata.
Baca: Azana Style Hotel Singaraja Resmi Soft Opening Perkuat Pariwisata Bali Utara